BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sudah sejak lama berkembang anggapan
bahwa bimbingan dan konseling ditujukan pada siswa yang bermasalah, khususnya
siswa yang melakukan kesalahan atau pelanggaran tata tertib sekolah. Tentu saja
anggapan tersebut dapat menyesatkan cenderung berbahaya, terutama bagi guru Bk
yang melaksanakan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah.
Padahal, visi BK sudah jelas yakni membantu memberikan layanan dalam
mengembangkan segala potensi dan kepribadian sisiwa secara optimal. Secara oprasional, program Bimbingan Konseling diwujudkan dalam
berbagai layanan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan masalah-masalah
yang menghambat perkembangan psikologi dan sosial yang berpengaruh besar dalam
perkembangan dan pertumbuhan siswa, kepribadian, intelegensi, emosional,
religius, dan sosial. Namun demikian, pelayanan Bimbingan dan Konseling tidak
hanya bersifat kuratif melainkan juga bersifat pengembangan.
Di sekolah memberikan layanan
bimbingan dan konseling pada siswa dalam menghadapi berbagai tantangan,
kesulitan, masalah aktual yang timbul, agar siswa dapat berkembang secara
optimal. Pelayanan bantuan yang diberikan tidak terbatas pada bidang sekolah
saja melainkan mencakup seluruh aspek kehidupan anak. Tentu saja semua aspek
kehidupan anak selalu dipandang dari sudut pandang perkembanngan individual dan
integrasi kepribadian masing-masing anak. Hal ini mengingat bahwa anak adalah
makhluk yang unik, artinya tidak ada manusia yang sama satu sama lainnya, baik
dalam sifat maupun kemampuannya. Dalam pembuatan makalah ini, di dalamnya
terdapat contoh program BK 17+ dan BK Komprehensif.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaiman program BK Pola 17+?
2 Bagaimana program Bimbingan
Komprehensif?
1.3
Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui program BK
Pola 17+
2. Untuk dapat mengetahui program
Bimbingan Komprehensif.
1.4
Metode Penulisan
Adapun metode yang
digunakan dalam penulisan karya tulis ini, adalah sebagai berikut:
Metode kepustakaan
melalui dari media elektronik yaitu, internet yang dianggap sumber yang relevan.
1.5
Sistematika
Penulisan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN, meliputi:
1.1 Latar belakang
masalah
1.2 Perumusan masalah
1.3 Tujuan penulisan
1.4 Metode penulisan
1.5 Sistematika
penulisan
BAB II PEMBAHASAN, meliputi:
2.1 Program BK Pola 17+
2.2 Program Bimbingan Komprehensif
BAB III PENUTUP, yang
mencakup:
3.1
Kesimpulan
3.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Program
BK Pola 17+
A. Konsep dasar pola BK 17+
1. Pengertian
Pola bimbingan dan konseling pola 17+
adalah progam bimbingan dan konseling / pemberian bantuan kepada peserta didik
melalui, 6 bidang bimbingan, 9 layanan, dan 6 layanan pendukung yang sesuai
dengan norma yang berlaku.
2. Tujuan
Secara umum tujuan pola bimbingan
dan konseling 17+ adalah Memberikan arah kerja/sebagai acuan dan
evaluasi kerja bagi guru BK/konselor, membantu peserta didik mengenal bakat,
minat, dan kemampuannya, serta memilih dan menyesuaikan diri dengan kesempatan,
pendidikan, dan merencanakan karier yang sesuai dengan tuntutan kerja.
3. Fungsi
a. Fungsi pemahaman, fungsi bimbigan
dan konseling yang menghasilkan pemahaman tentang diri siswa yang dapat
digunakan dalam rangka pengembangan siswa dan pemahaman tentang lingkungan.
b. Fungsi pencegahan, fungsi bimbingan
dan konseling yang berupaya mencegah peserta didik agar tidak mengalami sesuatu
kesulitan atau pun menemui permasalahan yang dapat mengganggu, menghambat dalam
proses perkembangan peserta didik.
c. Fungsi perbaikan, fungsi bimbingan
dan konseling dalam membantu peserta didik mengubah hal yang kurang baik
menjadi lebih baik serta dapat mengatasi berbagai permasalahan yang di hadapi.
d. Fungsi pemeliharaan, fungsi
bimbingan dan konseling yang bertujuan untuk menjaga agar perilaku peserta
didik yang sudah baik jangan sampai rusak kembali.
e. Fungsi pengembangan, fungsi
bimbingan dan konseling dalam membantu siswa untuk mengembangkan seluruh
potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik.
f. Fungsi penyaluran, fungsi bimbingan
dan konseling dalam membantu peserta didik untuk memilih dan memantapkan
penguasaan karier yang sesuai dengan bakat, minat, keahlian, dan ciri-ciri
kepribadian peserta didik.
g. Fungsi penyesuaian, fungsi bimbingan
dan konseling dalam membantu peserta didik untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan, keluarga, sekolah dan masyarakat secara optimal.
h. Fungsi adaptasi, fungsi bimbingan
dan konseling yang membantu staf sekolah untuk mengadaptasikan program
pengajaran dengan minat, kemampuan, serta kebutuhan peserta didik.
4. Layanan dan Strategi
a. Layanan orientasi, layanan yang di
tujukan untuk peserta didik atau siswa baru guna memberikan pemahaman dan
penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasuki. Hasil yang
diharapkan dari layanan ini adalah peserta didik dapat menyesuaikan diri
terhadap pola kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan kegiatan lain yang
mendukung keberhasilannya.
b. Layanan informasi. Layanan yang
bertujuan untuk membekali peserta didik dengan berbagai pengetahuan dan
pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan,
dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga, dan anggota
masyarakat. Layanan informasi berupaya memenuhi kekurangan seseorang akan
informasi yang dibutuhkan.
c. Layanan penempatan dan penyaluran,
yaitu serangkaian kegiatan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik
agar dapat menyalurkan/menempatkan dirinya dalam berbagai program sekolah,
kegiatan belajar, penjurusan, kelompok, belajar,pilihan pekerjaan, dll. Sesuai
dengan bakat, minat, kemampuan, serta kondisi fisik dan psikisnya.
d. Layanan pembelajaran, yaitu layanan
bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan sikap dan
kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan
kesulitan belajarnya,serta berbagai aspek tujuan daan kegiatan lainnya yang
berguna untuk kehidupannya.
e. Layanan konseling perorangan, yaitu
layanan yang memungkinkan peserta didik memperoleh pelayanan secara pribadi
melalui tatap muka dengan konselor atau guru pembimbingdalam rangka pembahasan
dan pengentasan masalah yang di hadapi peserta didik.
f. Layanan bimbingan kelompok, yaitu
layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara
bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari
narasumber tertentu.
g. Layanan konseling kelompok, yaitu
layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mempero;eh
kesempatan untuk membicarakan dan menyelesaikan permasalahan yang dialami
melaui dinamika kelompok, terfokus pada masalah pribadi.
h. Layanan konsultasi, yaitu layanan bimbingan
dan konseling yang di berikan kepada seseorang untuk memperoleh wawasan,
pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani atau membantu
pihak lain.
i. Layanan mediasi, yaitu layanan
bimbingan dan konseling yang dilaksanakan konselor terhadap dua pihak yang
sedang dalam keadaan tidak menemukan kecocokan sehingga membuat mereka saling
bertentangan dan bermusuhan.
5. Bimbingan
a. Binbingan pribadi, yaitu bidang
layanan pengembangan kemampuan mengatasai masalah-masalaah pribadi dan
kepribadian, berkenaan dengan aspek-aspek intelektual, afektif dan motorik.
b. Bimbingan soaial, yaitu bidang
layanan pengembangan kemampuan dalam mengatasi masalah-masalah social, dalam
kehidupan keluarga, disekolah, maupuin di masyarakat juga upaya dalam
berinteraksi dengan masyarakat.
c. Bimbingan karier, yaitu layanan yang
merencanakan dan mempersiapkan masa depan karier peserta didik.
d. Bimbingan belajar, yaitu layanan
untuk mengoptimalkan perkembangan dan mengatasi masalah dalam proses
pembelajaran.
e. Bimbingan keberagamaan, yaitu
layanan untuk memilih dan menganut kepercayaan sesuai dengan dirinya.
f. Bimbingan keberkeluargaan, yaitu
layanan yang berkenaan dengan masalah keluarga.
6. Kegiatan pendukung
a. Aplikasi instrumentasi, yaiitu
kegiatan pendukung berupa pengumpilan
data dan keterangan tentang peserta didik dan lingkungan yang lebih luas yang
dilakukan baik dengan tes maupun non tes.
b. Himpunan data, yaitu kegiatan untuk
menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan
pengembangan peserta didik.
c. Konferensi kasus, yaitu kegiatan
bimbingan dan konseling untuk membahas permaslahan yang dialami oleh peserta
didik dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang
diharapkan dapat meberikan penyelesaian.
d. Kunjungan rumah, yaitu kegiatan yang
dilakukan untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi
pemecaha masalah yang dialami peserta didik melalui kunjungan rumahnya.
e. Alih tangan kasus, yaitu kegiatan
bimbingan dan konseling untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan
tuntas terhadap masalah yang di alami peserta didik dengan memindahkan
penanganan ke pihak yang lebih kompeten dan berwenang.
f. Terapi kepustakaan. Yaitu kegiatan
pemecahan masalah dengan buku.
7. Tempat kegiatan
a. Bisa dilaksanakan baik didalam
b. maupun di luar kelas.
8. Volume Kegiatan
a. Layanan orientasi (4-6%)
b. Layanan informasi (10-12%)
c. Layanan penempatan/penyaluran (5-8%)
d. Layanan pembelajaran (12-15%)
e. Layanan konseling perorangan
(12-15%)
f. Layanan bimbingan kelompok (15-20%)
g. Layanan konseling kelompok (12-15%)
h. Aplikasi instrumentasi (4-8%)
i. Himpunan data (4-8%)
j. Konferensi kasus (5-8%)
k. Kunjungan rumah (5-8%)
l. Alih tangan kasus (0-2%)
B. Program BK 17+
2.2 Program
Bimbingan Komprehensif
A. Konsep dasar bimbingan komprehensif
1. Pengertian
Bimbingan komprehensif adalah
pemberian bantuan kepada peserta didik melalui layanan dasar bimbingan, layanan
responsive, layanan perencanaan individual dan dukungan system sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat.
2. Tujuan
Secara umum tujuan dari pola
bimbingan 17+ dan bimbingan komprehnsif adalah sama, yaitu membantu
peserta didik mengenal bakat , minat , dan kemampuannya, serta memilih dan
menyesuaikan diri dengan kesempatan, pendidikan, dan merencanakan karier yang
sesuai dengan tuntutan kerja. Secara khusus bertujuan untuk membantu peserta
didik agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan serta memberikan arah
kerja atau sebagai acuan dan evaluasi kerja bagi guru BK/konselor. Akan tetapi
bimbingan komprehensif juga bertujuan untuk meengembangkan pola 17+
yang ada sekarang.
3. Fungsi
a. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi
bimbingan yang akan dapat menghasilkan pemahaman tentang diri siswa yang dapat
digunakan dalam rangka pengembangan siswa.
b. Fungsi pencegahan, yaitu fungsi
bimbingan yang bermaksud agar siswa tidak mengalami sesuatu kesulitan.
c. Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi
bimbingan dalam membantu sisiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat.
d. Fungsi pemecahan, yaitu fungsi
bimbingan yang membantu memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan data tentang
latar belakang timbulnya masalah.
4. Layanan dan strategi
a. Layanan dasar bimbingan
Layanan dasar bimbingan adalah
layanan bimbingan yang bertujuan membantu seluruh siswa mengembangkan perilaku
efektif dan meningkatkan ketrampilan-ketrampilan hidupnya. Isi layanan dasar
bimbingan sebagai berikut :
· Keimanan dan ketaqwaan terhadap
Tuhan YME.
· Kerja sama dalam kelompok dan .
· Peranan soaial laki-laki dan
poerempuan .
· Penerimaan keadaan diri dan
penggunanannya secara efektif.
· Pengembangan sikap dan perilaku
emosional yang mantap.
· Persiapan diri kearah kemandirian
ekonomi.
· Pemilihan dan persiapan kerja.
· Pengembangan sikap positif terhadap
perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
· Pengembangan ketrampilan intelektual
dan pemahaman konsep-konsep yang. diperlukan untuk menjadi warga Negara yang
baik.
· Pengembangan sikap dan perilaku
social yang bertanggung jawab.
· Pemahaman nilai-nilai dan etika
hidup bermasyarakat.
Strategi, teknik, dan manajemen
· Bimbingan klasikal
· Bimbingan kelompok
· Kolaborasi konselor guru
· Kolaborasi orang tua
· Teknik lainnya
b. Layanan Responsif
Layanan responsive adalah layanan
bimbingan yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat
penting oleh siswa pada saat ini. Layanan ini lebih preventif atau mungkin
kuratif. Isi layanan responsive adalah :
· Bidang pendidikan
· Bidang belajar
· Bidang social
· Bidang pribadi
· Bidang disiplin
· Bidang narkotika
· Bidang perilaku seksual
Strategi, teknuk, dan manajemen
· Konsultasi
· Konseling individu
· Konseling krisis
· Rujukan
· Bimbingan teman sebaya
· Teknik lainnya
c. Layanan Perencanaan Individual
Layanan perencanaan individual
adalah upaya bimbingan yang bertujuan membantu seluruh siswa membuat dan
mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karier, dan kehidupan social
pribadinya. Isi dari layanan perencanaa individual adalah :
· Bidang pendidikan
· Bidang karier
· Bidang social pribadi
Strategi, teknik, dan manajemen
· Penilaian Individu/Kelompok
· Bantuan Individu/Kelompok
· Teknik lainnya
d. Dukungan Sistem
Dukungan system
adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan,
memelihara, serta meningkatkan program bimbingan .
Srategi,
teknik, dan manajemen
· Pengembangan Profesi Konsultasi, Kolaborasi
· Sistem manajemen
· Kesepakatan
· Evaluasi akuntabiliti
5. Bimbingan
a. Binbingan pribadi, yaitu bidang
layanan pengembangan kemampuan mengatasai masalah-masalaah pribadi dan
kepribadian, berkenaan dengan aspek-aspek intelektual, afektif dan motorik.
b. Bimbingan soaial, yaitu bidang
layanan pengembangan kemampuan dalam mengatasi masalah-masalah social, dalam
kehidupan keluarga, disekolah, maupuin di masyarakat juga upaya dalam
berinteraksi dengan masyarakat.
c. Bimbingan karier, yaitu layanan yang
merencanakan dan mempersiapkan masa depan karier peserta didik.
d. Bimbingan belajar, yaitu layanan
untuk mengoptimalkan perkembangan dan mengatasi masalah dalam proses
pembelajaran.
6. Kegiatan pendukung
a. Aplikasi instrumentasi, yaiitu
kegiatan pendukung berupa pengumpilan
data dan keterangan tentang peserta didik dan lingkungan yang lebih luas yang
dilakukan baik dengan tes maupun non tes.
b. Himpunan data, yaitu kegiatan untuk
menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan
pengembangan peserta didik.
c. Konferensi kasus, yaitu kegiatan
bimbingan dan konseling untuk membahas permaslahan yang dialami oleh peserta
didik dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang
diharapkan dapat meberikan penyelesaian.
d. Kunjungan rumah, yaitu kegiatan yang
dilakukan untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi
pemecaha masalah yang dialami peserta didik melalui kunjungan rumahnya.
e. Alih tangan kasus, yaitu kegiatan
bimbingan dan konseling untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan
tuntas terhadap masalah yang di alami peserta didik dengan memindahkan
penanganan ke pihak yang lebih kompeten dan berwenang.
f. Terapi kepustakaan. Yaitu kegiatan
pemecahan masalah dengan buku.
7. Tempat kegiatan
a. Dapat dilaksanakan baik di dalam
b. Maupun di luar kelas.
8. Volume Kegiatan
a. Layanan dasar (30-40%)
b. Layanan responsive (15-25%)
c. Layanan perencanaan individual
(25-35%)
d. Dukungan system (10-15%)
B. Program bimbingan komprehensif
1. Landasan penyusunan program bimbingan dan konseling komprehensif
Landasan atau
dasar program merupakan suatu keputusan awal dan menentukan yang harus diambil
oleh pemegang kebijakan pendidikan di sekolah bagi terwujudnya suatu program
bimbingan dan konseling sekolah. Merancang keputusan dasar yang kuat memerlukan
usaha kerjasama semua unsur dan personel sekolah, termasuk dengan orang tua dan
masyarakat, sehingga program bimbingan dan konseling bisa diterima dan
memberikan manfaat bagi semua siswa. Dengan demikian, selama tahap pengembangan
program bimbingan dan konseling, para stakeholder hendaknya bermusyawarah untuk
menentukan filosofi, misi dan fungsi dan isi keseluruhan program. Dasar
pengembangan program yang lengkap merupakan hal yang sangat penting untuk
memastikan bahwa program bimbingan dan konseling sekolah menjadi suatu bagian
utuh dari seluruh program pendidikan untuk keberhasilan para siswa. Proses
penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah dilakukan melalui delapan
tahap aktivitas, yaitu :
· Mengkaji
kebijakan dan produk hukum yang relevan;
· Menganalisis
harapan dan kondisi sekolah;
· Menganalisis
karakteristik dan kebutuhan siswa;
· Menganalisis
program, pelaksanaan, hasil, dukungan serta faktor-faktor
penghambat
program sebelumnya;
· Merumuskan
tujuan program baik umum maupun khusus;
· Merumuskan
alternatif komponen dan isi kegiatan;
· Menetapkan
langkah-langkah kegiatan pelaksanaan program, dan
· Merumuskan
rencana evaluasi pelaksanaan dan keberhasilan program.
a. Mengkaji kebijakan dan produk hukum yang relevan
Mengkaji
kebijakan dan produk hukum yang relevan baik tingkat institusi (sekolah) maupun
nasional dimaksudkan agar pengembangan program bimbingan dan konseling sekolah
tidak bertentangan dengan kebijakan umum yang berlaku dan ditentukan oleh
pemerintahan pusat, daerah maupun sekolah sebagai tempat implementasi program.
Karena itu, sebelum memulai melakukan penyusunan program konselor perlu
mengkaji terlebih dahulu produk-produk kebijakan yang berlaku. Sebagai
contoh dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan tidak mungkin suatu sekolah
menggunakan standar kurikulum selain yang ditentukan dan diberlakukan secara
nasional oleh Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS).
b. Menganalisis harapan dan kondisi sekolah
Menganalisis
harapan dan kondisi sekolah merupakan langkah yang harus dilakukan
konselor untuk mengetahui keadaan, kekuatan, kelemahan atau kekurangan sekolah.
Sangat tepat jika dilakukan analisis dengan teknik SWOT (Strengt, Weakness,
Oppornuty, Treath), sehingga dapat diketahui secara tepat kekuatan,
kelemahan, peluang atau kesempatan, dan ancaman yang dihadapi sekolah. Dalam
melakukan analisis ini, jika diperlukan sekolah dapat meminta bantuan tenaga
ahli. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai sekolah ditetapkan berdasarkan atas
kebijakan yang berlaku dan analisis kondisi sekolah.
c. Menganalisis karakteristik dan kebutuhan siswa
Program
bimbingan dan konseling merupakan rancangan aktivitas dan kegiatan yang akan
memfasilitasi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Artinya, program
bimbingan dan konseling di sekolah harus menyediakan sistem layanan yang
bermanfaat bagi kemajuan akademik, karir dan perkembangan pribadi-sosial para
siswa dalam menyiapkan dan menghadapi tantangan masa depan dalam kehidupan
pribadi, masyarakat dan bangsanya di masa depan. Berdasarkan itu semua, maka
semua pemegang kebijakan pendidikan di sekolah lebih memahami karakteristik dan
kebutuhan siswa yang merupakan subjek layanan bimbingan dan konseling di
sekolah. Data atau informasi tentang karakteristik dan kebutuhan siswa
merupakan komponen atau faktor-faktor yang berkaitan dengan penentuan tujuan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Data yang sudah terkumpul
perlu dianalisis secara cermat dan komprehensip (menyeluruh), untuk kemudian
ditafsirkan dan diimplementasikan dalam beberapa alternatif rencana program
bimbingan dan konseling di sekolah. Alternatif program tersebut harus
dievaluasi dan dipilih mana yang memiliki peluang paling besar untuk mencapai
tujuan, tetapi paling hemat dalam menggunakan tenaga, waktu, dan biayanya.
d. Menganalisis program, pelaksanaan, hasil, dukungan serta faktor-faktor
penghambat program sebelumnya. Sebelum
alternatif program bimbingan dan konseling yang dipilih dilaksanakan, konselor
perlu menjabarkan secara rinci program itu sampai dengan tahap-tahap
pelaksanaannya. Dalam setiap tahap pelaksanaan, paling tidak harus jelas
mengenai: (1) sasaran yang ingin dicapai, (2) kegitan yang akan dilakukan, (3)
siapa pelaksana dan penanggung jawabnya, (4) kapan waktu pelaksanaanya, dan (5)
sarana atau pra sarana dan dana yang diperlukan.
e. Sistem manajemen program bimbingan dan konseling
Apakah suatu
sekolah dapat melaksanakan layanan bimbingan dan konseling tanpa membuat suatu
program kegiatan bimbingan dan konseling? Misalnya, pada suatu sekolah hanya
memiliki seorang konselor yang memiliki kompetensi dan kualifikasi professional
sebagai konselor, sedangkan guru mata siswaan, wali kelas dan staf
sekolah lainnya dan tidak ikut melibatkan diri dalam kegiatan layanan
bimbingan dan konseling. Cara kerja dalam kegiatan layanan bimbingan dan
konseling seperti ini tidak menunjukan adanya suatu kelompok bimbingan
dan konseling (team work) yang sinergis. Cara kerja dalam kegiatan layanan
bimbingan dan konseling semacam ini bisa saja dilaksanakan tetapi tidak
memiliki dampak yang positif dalam membantu perkembangan opkelompokal siswa.
Tanpa perencanaan program, layanan bimbingan dan konseling tampaknya praktis
dan simpel, tetapi mempunyai banyak kelemahan diantaranya : 1) program yang
tidak didasari pemikiran secara matang mengakibatkan program kurang dapat
dipertanggung jawabkan, 2) tidak ada kontinyuitas dalam
pelayanan, 3) sukar untuk mengevaluasi kerja yang telah dilalukan.
Apakah pelayanan itu betul-betul relevan dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada,
akan lebih sukar dilakukan pengecekan. Dengan membuat rencana program bimbingan
dan konseling, layanan kepada subjek sasaran akan lebih baik, kebutuhan dapat
dilayani, di samping tenaga dan fasilitas lain dapat dimanfaatkan secara
efisien. Program bimbingan
dan konseling memuat unsur-unsur yang terdapat dalam berbagai ketentuan tentang
pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah seperti: (1) visi dan misi, (2)
tujuan, (3) kegiatan, (4) strategi dan atau teknik, (5) pelaksana dan
penanggung jawab, (6) waktu, (7) tempat, (8) biaya dan fasilitas lainnya, (9)
rencana evaluasi. Murro & Kottman (1995) mengemukakan bahwa struktur
program bimbingan komprehensif diklasifikasikan ke dalamempat jenis layanan
yaitu (a) layanan dasar bimbingan, (b) layanan responsif, (c) layanan
perencanaan individual, (d) dukungan sistem.
· Layanan Dasar Bimbingan
Layanan dasar
bimbingan merupakan layanan bantuan bagi siswa melalui kegiatan-kegiatan kelas
atau di luar kelas, yang disajikan secara sistematis, dalam rangka membantu
siswa mengembangkan potensinya secara opkelompokal. Layanan ini
bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal,
memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya. Tujuan
layanan ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya membantu siswa agar:
~ Memiliki
kesadaran, pemagahaman diri tentang diri dan lingkungan
~ Mampu
mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau
seperangkat tingkah laku yang tepat
~ Mampu menangani
atau mamanuhi kebutuhan dan masalahnya, serta mengembangkan dirinya dalam
rangka mencapai tujuan hidupnya.
· Layanan responsif
Komponen
layanan responsif dalam program bimbingan dan konseling sekolah, terdiri
atas kegiatan-kegiatan untuk menemukan kebutuhan dan persoalan yang tengah
dihadapi siswa. Penyelesaian kebutuhan atau persoalan ini memerlukan
konseling, konsultasi, pengalihan, fasilitasi maupun informasi dari teman
sebaya. Komponen ini disediakan bagi seluruh siswa dan seringkali siswa diberi
inisiasi melalui self-referral. Bagaimanapun guru, orangtua/wali
dan orang lain bisa juga membantu siswa. Walaupun konselor sekolah memiliki
keterampilan dan pelatihan khusus dalam merespon kebutuhan dan persoalan
semacam ini, kerjasama dan dukungan dari seluruh pihak sekolah dan seluruh staf
tetap diperlukan bagi suksesnya implementasi program layanan responsif. Layanan
responsif disampaikan melalui strategi-strategi seperti,
~ Konsultasi:
konselor berkonsultasi dengan orangtua/wali, guru, tenaga pendidik lain atau
dengan agen masyarakat mengenai strategi untuk membantu siswa dan keluarga.
konselor tampil sebagai advokat bagi siswa. Konseling
individual dan kelompok kecil: konseling diberikan dalam suatu kelompok kecil
atau atas dasar individual bagi siswa dalam mengungkapkan kesulitan-kesulitan
yang berkenaan dengan hubungan, masalah pribadi atau tugas-tugas perkembangan
pribadi mereka. konseling individual dan kelompok kecil membantu siswa dalam
mengidentifikasi masalah, sebab-sebab, alternatif, dan konsekuensi yang mungkin
terjadi, sehingga mereka dapat mengambil tindakan yang tepat. konsleing semacam
ini pada dasarnya berjangka pendek. konselor sekolah tidak memberikan terapi.
jika diperlukan, pengalihan dibuat terhadap sumber-sumber masyarakat yang
tepat.
~ Konseling
krisis : konseling krisis memberikan pencegahan, intervensi dan tindak lanjut.
Konseling dan dukungan diberikan pada siswa dan keluarga dalam menghadapi
situasi darurat. Konseling semacam ini biasanya jangka pendek dan bersifat
sementara, saat dibutuhkan, pengalihan dapat dibuat terhadap sumber-sumber
masyarakat yang tepat. Konselor sekolah dapat memegang peran sebagai pemimpin
dalam proses intervensi krisis suatu kelompok dalam lembaganya.
~ Alih tangan
(referal) : konselor menggunakan sumber acuan untuk menangani kasus krisis
seperti keinginan bunuh diri, kekerasan, pelecehan, depresi dan kesulitan
keluarga. sumber acuan ini bisa meliputi agen-agen kesehatan mental, tenaga
kerja dan program pelatihan, layanan bagi remaja serta layanan sosial dan
kemasyarakatan lainnya.
~ Fasilitasi
oleh teman sebaya : banyak konselor melatih siswa sebagai perantara teman
sebaya, manajer konflik, tutor maupun mentor. Teknik-teknik pemecahan masalah
dan resolusi konflik digunakan untuk membantu siswa belajar bagaimana mereka
bergaul dengan orang lain. Melalui perantara teman sebaya, siswa dilatih dalam
suatu sistem agar berguna bagi teman terdekatnya yang sedang memiliki masalah
dalam bergaul dengan orang lain.
· Perencanaan individual
~ Dalam
perencanaan individual, konselor sekolah mengkoordinasikan kegiatan secara
sistemik dan berkelanjutan serta dirancang untuk membantu siswa secara
individual dalam menetapkan tujuan pribadi dan mengembangkan rencana mereka di
masa depan. Konselor sekolah mengkoordinasikan kegiatan bantuan bagi seluruh rencana
siswa, mengawasi dan menangani proses belajar siswa termasuk menemukan
kompetensi dalam area akademis, karir dan perkembangan pribadi-sosialnya. Dalam
komponen ini siswa mengevaluasi tujuan edukasional, okupasional dan tujuan
personal mereka. Konselor sekolah membantu siswa membuat pilihan dari sekolah
ke sekolah, sekolah ke pekerjaan maupun sekolah ke pendidikan tinggi atau karir
setelah mereka lulus dari suatu sekolah. Aktivitas ini umumnya disampaikan
atas suatu dasar individual atau dengan bekerja sama dengan individu lain dalam
kelompok kecil maupun kelompok penasehat. Orangtua atau wali bersama personil
sekolah lainnya seringkali terlibat dalam aktivitas semacam ini. Penyampaian
sistematis tentang perencanaan individual bagi tiap siswa meliputi strategi
yang terdokumentasi bagi keberhasilan siswa. Perencanaan individual bagi siswa
diimplementasikan melalui beberapa strategi sebagai berikut:
~ Penilaian
indiuvidual/kelompok kecil: konselor sekolah mengadakan analisis dan evaluasi
terhadap kemampuan, minat, keterampilan, dan prestasi siswa. uji informasi dan
data lainnya sering digunakan sebagai dasar bagi pemberian bantuan pada siswa
dalam mengambangkan rencana jangka pendek dan jangka panjang mereka.
~ Pemberian saran
pada individual/kelompok kecil: konselor sekolah memberi saran pada siswa
dengan menggunakan informasi pribadi/ sosial, karir dan pasar tenaga kerja
dalam perencanaan tujuan pribadi, edukasional dan okupasional siswa.
keterlibatan siswa, orangtua/wali dan pihak sekolah dalam merencanakan program
siswa yang sesuai dengan kebutuhan mereka merupakan hal yang penting.
· Dukungan sistem
Dukungan sistem
terdiri atas aktivitas manajemen yang membentuk, memelihara dan meningkatkan
efektivitas serta efisiensi bimbingan dan konseling sekolah secara keseluruhan.
Konselor sekolah menggunakan keterampilan kepemimpinan serta advokasi mereka
untuk mempromosikan perubahan yang sistemik dengan cara berkontribusi dalam
aspek-aspek seperti dibawah ini,
1) Pengembangan
profesional: konselor sekolah terlibat secara rutin dalam
memperbaharui
dan membagi pengetahuan serta keterampilan profesional mereka melalui :
~ Pelatihan
in-servis : konselor sekolah menghadiri pelatihan in-servis sekolah untuk
menjamin keterampilan mereka akan diperbaharui di bidang pengembangan
kurikulum, teknologi dan analisis data. Mereka juga diberikan pengajaran
in-servis yang ada dalam kurikulum bimbingan dan konseling sekolah serta
bidang-bidang lainnya yang berkaitan dengan sekolah dan masyarakat.
~ Keanggotaan
asosiasi profesional : seiring dengan konsep dan orientasi bimbingan dan
konseling sekolah yang terus berubah dan berkembang, konselor sekolah dapat
meningkatkan kompetensi mereka dengan cara mengikuti konferensi dan
pertemuan-pertemuan asosiasi profesional.
~ Pendidikan
pasca kelulusan: sejalan dengan penyelesaian rangkaian pekerjaan di sekolah,
konselor sekolah hendaknya menambah wawasan dan kemampuan dengan mengikuti
pendidikan lanjutan yang berkontribusi terhadap kualitas profesinya.
2) Konsultasi,
kolaborasi dan pembentukan kelompok: melalui konsultasi,
pembentukan
partner, kolaborasi dan pembentukan kelompok, konselor sekolah memberikan
kontribusi penting bagi sistem sekolah.
o
Konsultasi: konselor hendaknya
berkonsultasi dengan guru, staf sekolah dan orangtua/wali siswa secara rutin
dengan tujuan untuk memperoleh informasi, memberi dukungan pada komunitas
sekolah dan untuk menerima umpan balik atas kebutuhan siswa.
o
Pembentukan partner dengan staf,
orangtua/wali serta masyarakat terkait: hal ini melibatkan orientasi staf,
orangtua/wali, dunia bisnis dan industri, organisasi sosial serta anggota
masyarakat dalam program konseling sekolah yang komprehensif melalui aktivitas
seperti partnership, media lokal, surat kabar, dan presentasi.
o
Pengembangan jaringan: aktivitas
yang termasuk dalam area ini dirancang untuk membantu konselor agar mendapat
pengetahuan tentang sumber daya dalam masyarakat, agen referral, situs-situs,
kesempatan kerja dan informasi tentang bursa kerja lokal. hal ini bisa juga
mencakup kunjungan konselor ke lembaga bisnis-bisnis lokal, industri dan agen
atas dasar kebiasaan.
o
Badan penasehat : konselor
sekolah aktif dalam pelayanan di badan-badan penasehat, komite masyarakat dan
sebagainya dengan cara mendukung program-program lain di dalam sekolah dan
masyarakat, maka konselor sekolah akan mendapatkan dukungan bagi program
bimbingan dan konseling sekolah.
3) Manajeman dan
operasi program: aktivitas ini mencakup perencanaan dan
tugas-tugas
manajemen yang dibutuhkan untuk mendukung aktivitas yang dilaksanakan dalam
program bimbingan dan konseling sekolah mencakup juga tanggung jawab yang harus
dipikul sebagai anggota staf sekolah.
o
Aktivitas manajeman: meliputi
pembiayaan, fasilitasi, kebijakan dan prosedur, serta penelitian dan
pengembangan sumber daya.
o
Analisis data: konselor
menganalisis kaitan antara prestasi siswa dan program bimbingan dan konseling.
Kegiatan ini berguna untuk mengevaluasi program bimbingan dan konseling,
melakukan penelitian terhadap aktivitas yang dihasilkan serta menemukan jurang
pemisah antara kelompok-kelompok siswa yang perlu diluruskan. Analisis data
membantu pengembangan program bimbingan dan konseling sekolah beserta
sumber-sumber di dalamnya.
o
Pembagian tanggung jawab secara
adil: sebagai anggota dalam sistem pendidikan, konselor sekolah harus
menampilkan pembagian tanggung jawab secara adil.
f. Program Evaluasi
Evaluasi
program bimbingan dan konseling bukan merupakan kegiatan akhir. Artinya,
kegiatan evaluasi merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan atau lebih
tepat bila dikatakan siklus sebab tidak berhenti sampai terkumpulnya data atau
informasi, tetapi data atau informasi itu digunakan sebagai dasar kebijakan
atau keputusan dalam pengembangan program bimbingan dan konseling selanjutnya.
Karena itu kegiatan evaluasi program bimbingan dan konseling hendaknya
memperhatikan prosedur dan langkah-langkah serta metoda atau strategi yang
harus digunakan. Prosedur evaluasi, yaitu meliputi serangkaian kegiatan yang
berurut sebagai berikut :
§ Identifikasi tujuan yang akan dicapai
Melakukan
identifikasi terhadap tujuan yang ingin dicapai sangat penting karena
memberikan arah pekerjaan yang akan dilaksanakan. Artinya selama melakukan
evaluasi tetap mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan. Langkah awal kegiatan
evaluasi adalah menetapkan parameter atau batasan-batasan yang akan dievaluasi,
dapat dipusatkan pada program bimbingan dan konseling secara keseluruhan atau
pada tujuan khusus secara terpisah-pisah. Tujuan itu hendaknya jelas, singkat,
operasional dan dapat diukur.
· Pengembangan
rencana evaluasi
Pengembangan rencana evaluasi
merupakan langkah lanjutan setelah menetapkan tujuan yang ingin dicapai. Komponen-komponen
rencana evaluasi program bimbingan dan konseling yang perlu dikembangkan antara
lain:
o
Data atau informasi yang
dibutuhkan;
o
Alat pengumpulan data yang
digunakan;
o
Sumber data atau informasi yang
dapat dihubungi;
o
Personel
pelaksanaan;
o
Waktu
pelaksanaan;
o
Kriteria
penilaian; dan
o
Bagaimana pelaporan dan pada
siapa laporan itu disampaikan.
· Pelaksanaan Evaluasi
Setelah rencana
itu disusun dan disetujui, pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling
dan konseling dan konseling dan konseling dan konseling bergantung pada
cara/metoda yang digunakan. Prinsip pelaksanaan evaluasi perlu memperhatikan
faktor-faktor yang telah direncanakan sehingga terjadi berinteraksi antara
faktor yang satu dengan lainnya dan dapat membantu pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
· Pelaporan dan Pemanfaatan Hasil
Evaluasi
Pelaporan dan pemanfaatan hasil
evaluasi dianggap sangat penting sebab langkah ini merupakan bentuk konkrit
sikap akuntabilitas atas program dan hasil kegiatan yang telah dilakukan
seorang konselor beserta staf yang lainnya. Hasil kegiatan evaluasi yang baik
adalah yang dapat memberikan sumbangan pertimbangan dalam membuat kebijakan dan
keputusan selanjutnya. Program bimbingan dan konseling itu diganti,
diubah atau dikembangkan semata-mata berdasarkan hasil evaluasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bimbingan komprehensif dan pola
bimbingan 17+ merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada
peserta didik agar dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dan juga
memberikan bimbingan agar peserta didik dapat memilih kemana arah yang harus
dipilihnya yang juga sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan juga kondisi
fisik dan psikisnya. Bimbingan komprehensif merupakan pengembangan dari pola
bimbingan dan konseling 17+, Di mana pola 17 + masuk
kedalam bagian bimbingan komprehensif. Dengan adanya bimbingan komprehensif di
harapkan dapat membuat dan memajukan bimbingan dan konseling ke arah yang lebih
baik. Serta dapat membuat para konseli lebih kreatif dalam menjalankan tugasnya
dan juga nyaman dalam melakukan kegiatan konseling.
3.2 Saran
a. Sebaiknya konselor di sekolah dapat memilih pola yang
cocok untuk di
terapkan di sekolah tersebut.
b. Untuk pihak sekolah sebaiknya dapat
memisahkan antara konselor dan tim
Tatib agar tidak timbul anggapan
bahwa Guru Bimbingan dan Konseling adalah polisi sekolah.