Tuesday, April 15, 2014

inteligensi


 PENDAHULUAN
Inteligensi  (kecerdasan)
1.      Pengertian inteligensi
Perkataan inteligensi berasal dari  kata “intelligere” yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (to orgarize, to relate, to bind, together) pengertian inteligensi memberikan bermacam-macam arti bagi para ahli yaitu sebagai berikut:
1.1. Super & cites mengemukakan sesuai definisi yang sering dipakai oleh sementara orang sebagai berikut ( kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dari pengalaman ( 1962 : 82 ).
1.2.Bischof seorang fisikolog amerika ( 1954 )
Itelingensi ialah kemampuan untuk memecahkan segala jenis masalah
1.3.Heidentich ( 1970 )
Iteligensi meyangkut kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha penyesuain terhadap situasi – situasi yang kurang dikenal, atau dalam pemecahan masalah – masalah.

2.      Teori – teori tentang inteligensi
Untuk lebih memperjelas pengertian inteligenci berikut ini dikemukakan beberapa teori tentang itelingensi.
2.1.Teori “ uni-factor”
Pada  tahun 1911, Wilhelm Stern memperkenalkan suatu teori tentang iteligensi yang di sebut “uni-factor theory”. Teori ini dikenal pula sebagai teori kapasitas umum. Menurut teori ini inteligensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum. Karena itu, cara kerja inteligenci juga bersifat umum. Reaksi atau seseorang dalam menyesuikan diri terhadap lingkungan atau memecahkan sesuatu masalah adalah bersifat umum pula. Kapasitas umum ( general capacity ) yang di timbulkan itu lazim dikemukakan dengan kode “G”.
2.2.Teori “two-factors”
Pada tahun 1904 yaitu sebelum stern, seorang ahli matematika bernama Charles Spearman, mengajukan sebuah teori tentang inteligensi. Teori spearman itu terkenal dengan sebutan “two kinds of factors theory.” Spearman mengembangkan teori inteligensi berdasarkan suatu factor mental umum yang diberi kode “g” serta factor-faktor spesifik yang diberi kode “s”. factor “g” mewakili kekuatan mental umum yang berfungsi dalam setiap tingkah laku mental individu, sedangkan factor-faktor “s” menentukan tindakan-tindakan mental untuk mengatasi permasalahan. 
2.3.Teori “multi-factors”
Teori inteligensi multi factor dikembangkan oleh E.L Thorndike. Teori ini tidak berhubungan dengan konsep general ability atau factor “g” . Menurut teori ini, inteligensi terdiri dari bentuk hubungan-hubungan neural antara stimulus  dan respon. Hubungan-hubungan neural khusus inilah yang mengarahkan tingkah laku individu. Ketika seseorang dapat menyebutkan sebuah kata, menghafal sajak, menjumlah bilangan, atau melakukan pekerjaan itu  berarti bahwa ia dapat melakukan itu karna terbentuknya koneksi-koneksi di dalam sistem saraf akibat belajar atau latihan. Manusia didiperkirakan memiliki 13 miliar urat saraf sehingga memungkinkan adanya hubungan neural yang banyak sekali. Jadi, inteligensi menurut teori ini adalah jumlah koneksi actual dan potensial di dalam sistem saraf
2.4.Teori “Primary-Mental-Abilities”
l.l thurstone telah berusaha menjelaskan tentang organisasi inteligensi yang abstrak, ia dengan menggunakan tes – tes mental serta teknik – teknik stastistik khusus membagi itelingensi menjadi 7 kemampuan primer, yaitu :
3.4.1. kemampuan numerical/matematis.
3.4.2. kemampuan verbal, atau berbahasa .
3.4.3. kemampuan abstraksi berupa visualisasi atau berpikir .
3.4.4. kemampuan membuat keputusan baik induktif maupun deduktif.
3.4.5. kemampuan mengenal atau mengamati.
3.4.6. kemampuan mengingat
            3.5.  Teori “sampling “ 
     Untuk menjelaskan tentang inteligensi, Godfrey H.Thomson pada tahun 1916 mengajukan sebuah teorinya yang disebut teori sampling. Teori ini kemudian disempurnakan lagi pada tahun 1935dan 1948. Menurut teori ini, inteligensi merupakan berbagai kemampuan sampel dunia berisikan berbagai bidang pengalaman. Berbagai bidang pengalaman itu terkuasai oleh pikiran manusia tetapi tidak semuanya. Masing-masing bidang hanya terkuasai sebagian-sebagian saja dan ini mencerminkan kemampuan mental manusia . sebagai gambaran, misalnya saja dunia nyata terdapat kemampuan atau bidang-bidang pengalaman A,B,C, Inteligesi bergerak dengan sampel, misalnya sebagian A dan sebagian B atau dapat pula sebagian dari bidang-bidang A,B, dan C.
3.      Factor-faktor yang mempengaruhi inteligensi seseorang
              Factor-faktor yang dapat mempengaruhi inteligensi sehingga terdapat perbedaan inteligensi seseorang dengan yang lain ialah:
3.1.Pembawaan: pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan kita yakni dapat tidaknya memecahkan suatu soal, pertama-tama ditentukan oleh pembawaan kita. Orang itu ada yang pintar dan ada yang bodoh.  Meskipun menerima latihan dan pelajaran yang sama, perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada.
3.2.Kematangan: tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masig-masing. Anak-anak tidak dapat memecahkan soal-soal tertentu, karena soal-soal itu masih terlampau sukar baginya.
3.3.Pembentukan: pembentukan ialah segala keadaan diluar diri mempengaruhi perkembangan sengaja ( seprti yang dilakukan disekolah-sekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar )
3.4.Minat dan pembawaan yang khas : minat mengarahkan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring motivasi). Dari manipulasi dan eksplorisasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama kelamaan timbulah minat terhadap sesuatu. Apa yang mereka minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik
3.5.Kebebasan: kebebasan berarti  bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa  minat itu selamanya tidak menjadi syarat dalam perbuatan inteligensi.

Orang-orang yang berjasa menemukan tes inteligensi pertama kali ialah seorang dokter bangsa perancis: Alfaret Binet dan pembantunya simon. Sehingga tes nya dikenal dengan nama Tes Binet- Simon. Seri tes dari binet simon ini, pertama diumumkan antara 1908-1911 yang diberi nama Chelle matrique de L’intelligence atau skala pengukuran kecerdasan. Tes binet simon terdiri dari sekumpulan pertanyaan-pertanyaan yang telah dikelompokkan menurut umur (untuk anak-anak umur 3-15 tahun ). Pertanyaan-pertanyaan itu sengaja bibuat mengenai segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan pelajaran di sekolah .
 Seperti:
- mengulang kalimat kalimat yang pendek atau panjang
- mengulang deretan angka-angka
-memperbandingkan berat timbangan
- menceritakan isi gambar-gambar
- menyebut nama bermacam-macam warna
- menyebut harga mata uang

4.      Peranan pendidikan dalam meningkatkan inteligensi

Penelitian para psikolog lowa Dr. NancyBayley dari universitas California mengemukakan pendapat, bahwa IQ anak yang masih terlalu muda mengalami perubahan “turun-naik” (tidak tetap).  Ia berpendapat, bahwa kapasitas mental anak masih terlalu muda tidak berkembang dengan kecepatan yang sama dengan perkem    bangan kecepatan mental anak-anak sebaya lainya, meskipun mereka mempunyai kekuatan-kekuatan intelektual yang sama. Ini dapat berarti, bahwa dalam tahap perkembangan tertentu seorang anak dapat memiliki IQ di bawah rata-rata,sedangkan dalam tahap yang lain ia memiliki IQ di atas rata-rata.

Peneliti-peneliti lain sperti yang dilakukan oleh Prof. Irving Lorge (1945) dari universitas Colombia menunjukkan, bahwa IQ seseorang berubungan dengan tingkat pendidikannya. Semakin tinggi tingkat  pendidikan seorang semakin tinggi pula IQ-nya.


5.      Inteligesi pria dan wanita
Banyak orong yang sudah meyakini, bahwa antara pria dan wanita tidak terdapat perbedaan dalam inteligesi. Banyak pula penelitian yang membuktikan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara inteligensi pria dan wanita. Dari tes-tes yang pernah diberikan, wanita terutama berkelebihan dalam hal mengerjakan tes-tes yang meyangkut penggunaan bahasa, hafalan-hafalan, reaksi-reaksi estetika serta masalah-masalah social. Di lain pihak, laki-laki berkelebihan dalam penalaran abstrak, penguasaan matematika, mekanika atau structural skills.
 Secara herediter kita hanya dapat menduga, barang kali perbedaan minat dan kelakuan antara laki-laki dan perempuan disebabkan karena perbedaan sifat “genes” atau kromosom.

6.      Ilmu pengetahuan belum dapat menjelaskan tentang pewarisan inteligensi

Pewarisan inteligesi secara tegas belum dapat dijelaskan oleh karena :
6.1.Dengan adanya berbagai definisi dan teori tentang inteligesi, maka hingga pada saat ini kita belum memperoleh pengertian yang standar/baku tentang inteligensi itu.
6.2.Hingga pada saat ini, kita belum memiliki alat ukur yang cermat untuk mengetahui IQ seseorang. Tes untuk mengukur inteligensi akademik dan tes untuk mengukur inteligensi praktis harusnya menggunakan alat ukur yang berbeda, tetapi hingga pada saat ini tes atau alat ukur yang digunakan untuk kedua macam inteligensi itu sama. Masih diragukan, bahwa tinggi atau rendahnya IQ belum menentukan kapasitas mental seseorang.

E.L Thurndike berpendapat bahwa kemampuan mental yang berbeda pada masing-masing individu adalah tidak disebabkan oleh perbedaan bagian –bagian otak, melainkan oleh perbedaan operasi(hook ups) antara sel-sel saraf otak,alat-alat indera, serta bagian-bagian lain dari sistem saraf.

7.      Beberapa masalah yang berhubungan dengan inteligensi

7.1.Apakah kondisi tubuh yang jelek menghasilkan mental yang jelek pula
Berdasarkan penelitian, ternyata orang-orang yang ber-IQ tinggi cenderung lebih sehat jasmaninya, dan pertumbuhannya pun lebih subur bila dibandingkan dengan orang-orang yang IQ-nya lebih rendah. Dalam hal ini masih timbul pertanyaan , apakah kesehatan jasmani tidak ditimbulkan oleh factor-faktor lain? Pada kenyataannya, anak-anak yang mempunyai kondisi jasmani yang baik pada umumnya berasal dari keluarga-keluarga yang mampu memberikan kondisi kehidupan yang sehat, dan di samping itu memiliki kemajuan-kemajuan serta keuntungan-keuntungan pedagogis dan kultural.penelitian-penelitian di jerman selama perang dunia 1 dan perang dunia 11 telah menunjukkan. Bahwa inteligesi manusia tidak banyak dipengaruhi oleh kurangnya unsur-unsur makanan pada tubuh anak.
7.2.Apakah penyakit yang diderita seseorang menghambat perkembangan mentalnya?
Penyakit sifilis misalnya, belum menunjukan pengaruh bagi inteligensinya. Penyakiy ini tidak memperendah IQ seseorang, kecualai jika sifilis itu diderita oleh seseorang yang menglami tekanan-tekanan lingkungan atau ia berasal dari keluarga yang memang ber-IQ rendah.
Penyakit-penyakit tertentu menyerang otak atau sistem saraf dapat mengurangi IQ, tetapi tidak selalu demikian. Beberapa penyakit yang menyerang otak atau system saraf misalnya: spinal meningitis, memerahnya artiris, penyakit otak yang disebut epidemic encephalitis, dan berbagai penyakit epilepsy. Kelukaan otak pada prenatal atau pada masa bayi dapat mengakibatkan gangguan inteligesi, tetapi apabila setelah dewasa luka itu sembuh, orangpun dapat memiliki inteligensi seperti yang lazim dimiliki oleh orang normal.
7.3.Apakah perbedaan ras dan kebangsaan menentukan perbedaan inteligesi? 
Berdasarkan tes-tes inteligensi yang pernah diadakan, dulu orang-orang negro di anggap lebih bodoh dari pada orang-orang kulit putih. hal-hal ini memang boleh terjadi ketika perbedaan warna kulit masih dipersoalkan secara tajam. Dalam perkembangan selanjutnya, yaitu setelah orang-orang negro memperoleh banyak kesempatan luas dibidang pendidikan, ternyata 25% dari mereka mempunyai IQ yang lebih tinggi dari rata-rata IQ orang-orang kulit putih. bahkan sekarang banyak anak-anak negro yang tercatat memiliki IQ yang tinggi mencapai 140-150. Mereka ini dalam dunia pendidikan tergolong sebagai anak-anak yang glifted. Para ahli jiwa telah mengemukakan, bahwa perbedaan antara orang-orang kulit putih sulit dihubungkan dengan masalah hereditas. Untuk membandingkan inteligensi antara orang-orang dari berbagai rasa atau kebangsaan yang berbeda, orang harus masih mempertimbangkan latar belakang ekonomi serta status cultural pada masing-masing keluarga.

8.   Penutup
Inteligensi adalah suatu istilah yang popular. Hampir semua orang sudah mengenal istilah tersebut, bahkan mengemukakannya. Seringkali kita dengar seorang mengatakan si A tergolong pandai atau cerdas ( inteligen ) dan si B tergolong bodoh atau kurang cerdas ( tidak inteligen ). Istilah inteligen sudah lama ada dan berkembang dalam masyarakat sejak zaman Cicero yaitu kira-kira dua ribu tahun yang lalu dan merupakan salah satu aspek alamiyah dari seseorang. Inteligensi bukan merupakan kata asli yang berasal dari bahasa Indonesia. Kata inteligensi adalah kata yang berasal dari bahasa latin yaitu inteligensia “. Sedangkan kata “ inteligensia “ itu sendiri berasal dari kata inter dan lego, inter yang berarti diantara, sedangkan lego berarti memilih. Sehingga inteligensi pada mulanya mempunyai pengertian kemampuan untuk memilih suatu penalaran terhadap fakta atau kebenaran.

Wednesday, April 9, 2014

contoh program 17+ dan bk koferhensip


BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Sudah sejak lama berkembang anggapan bahwa bimbingan dan konseling ditujukan pada siswa yang bermasalah, khususnya siswa yang melakukan kesalahan atau pelanggaran tata tertib sekolah. Tentu saja anggapan tersebut dapat menyesatkan cenderung berbahaya, terutama bagi guru Bk yang melaksanakan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Padahal, visi BK sudah jelas yakni membantu memberikan layanan dalam mengembangkan segala potensi dan kepribadian sisiwa secara optimal. Secara oprasional, program Bimbingan Konseling diwujudkan dalam berbagai layanan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang menghambat perkembangan psikologi dan sosial yang berpengaruh besar dalam perkembangan dan pertumbuhan siswa, kepribadian, intelegensi, emosional, religius, dan sosial. Namun demikian, pelayanan Bimbingan dan Konseling tidak hanya bersifat kuratif melainkan juga bersifat pengembangan.

Di sekolah memberikan layanan bimbingan dan konseling pada siswa dalam menghadapi berbagai tantangan, kesulitan, masalah aktual yang timbul, agar siswa dapat berkembang secara optimal. Pelayanan bantuan yang diberikan tidak terbatas pada bidang sekolah saja melainkan mencakup seluruh aspek kehidupan anak. Tentu saja semua aspek kehidupan anak selalu dipandang dari sudut pandang perkembanngan individual dan integrasi kepribadian masing-masing anak. Hal ini mengingat bahwa anak adalah makhluk yang unik, artinya tidak ada manusia yang sama satu sama lainnya, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Dalam pembuatan makalah ini, di dalamnya terdapat contoh program BK 17+ dan BK Komprehensif.

1.2  Rumusan Masalah
1.    Bagaiman program BK Pola 17+?
2      Bagaimana program Bimbingan Komprehensif?

1.3    Tujuan
1.    Untuk dapat mengetahui program BK Pola 17+
2.    Untuk dapat mengetahui program Bimbingan Komprehensif.

1.4    Metode Penulisan
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini, adalah sebagai berikut:
Metode kepustakaan melalui dari media elektronik yaitu, internet yang dianggap sumber yang relevan.

1.5    Sistematika Penulisan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN, meliputi:
1.1  Latar belakang masalah
1.2  Perumusan masalah
1.3  Tujuan penulisan
1.4  Metode penulisan
1.5  Sistematika penulisan
BAB II PEMBAHASAN, meliputi:
2.1  Program BK Pola 17+
2.2  Program Bimbingan Komprehensif
BAB III PENUTUP, yang mencakup:
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA




BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Program BK Pola 17+
A.  Konsep dasar pola BK 17+
1.    Pengertian
Pola bimbingan dan konseling pola 17+ adalah progam bimbingan dan konseling / pemberian bantuan kepada peserta didik melalui, 6 bidang bimbingan, 9 layanan, dan 6 layanan pendukung yang sesuai dengan norma yang berlaku.
2.    Tujuan
Secara umum tujuan pola bimbingan dan konseling 17+ adalah Memberikan arah kerja/sebagai acuan dan evaluasi kerja bagi guru BK/konselor, membantu peserta didik mengenal bakat, minat, dan kemampuannya, serta memilih dan menyesuaikan diri dengan kesempatan, pendidikan, dan merencanakan karier yang sesuai dengan tuntutan kerja.
3.    Fungsi
a.    Fungsi pemahaman, fungsi bimbigan dan konseling yang menghasilkan pemahaman tentang diri siswa yang dapat digunakan dalam rangka pengembangan siswa dan pemahaman tentang lingkungan.
b.    Fungsi pencegahan, fungsi bimbingan dan konseling yang berupaya mencegah peserta didik agar tidak mengalami sesuatu kesulitan atau pun menemui permasalahan yang dapat mengganggu, menghambat dalam proses perkembangan peserta didik.
c.    Fungsi perbaikan, fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu peserta didik mengubah hal yang kurang baik menjadi lebih baik serta dapat mengatasi berbagai permasalahan yang di hadapi.
d.   Fungsi pemeliharaan, fungsi bimbingan dan konseling yang bertujuan untuk menjaga agar perilaku peserta didik yang sudah baik jangan sampai rusak kembali.
e.    Fungsi pengembangan, fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu siswa untuk mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik.
f.     Fungsi penyaluran, fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu peserta didik untuk memilih dan memantapkan penguasaan karier yang sesuai dengan bakat, minat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian peserta didik.
g.    Fungsi penyesuaian, fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu peserta didik untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, keluarga, sekolah dan masyarakat secara optimal.
h.    Fungsi adaptasi, fungsi bimbingan dan konseling yang membantu staf sekolah untuk mengadaptasikan program pengajaran dengan minat, kemampuan, serta kebutuhan peserta didik.
4.    Layanan dan Strategi
a.    Layanan orientasi, layanan yang di tujukan untuk peserta didik atau siswa baru guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasuki. Hasil yang diharapkan dari layanan ini adalah peserta didik dapat menyesuaikan diri terhadap pola kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan kegiatan lain yang mendukung keberhasilannya.
b.    Layanan informasi. Layanan yang bertujuan untuk membekali peserta didik dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan, dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga, dan anggota masyarakat. Layanan informasi berupaya memenuhi kekurangan seseorang akan informasi yang dibutuhkan.
c.    Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu serangkaian kegiatan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik agar dapat menyalurkan/menempatkan dirinya dalam berbagai program sekolah, kegiatan belajar, penjurusan, kelompok, belajar,pilihan pekerjaan, dll. Sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, serta kondisi fisik dan psikisnya.
d.   Layanan pembelajaran, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya,serta berbagai aspek tujuan daan kegiatan lainnya yang berguna untuk kehidupannya.
e.    Layanan konseling perorangan, yaitu layanan yang memungkinkan peserta didik memperoleh pelayanan secara pribadi melalui tatap muka dengan konselor atau guru pembimbingdalam rangka pembahasan dan pengentasan masalah yang di hadapi peserta didik.
f.     Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu.
g.    Layanan konseling kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mempero;eh kesempatan untuk membicarakan dan menyelesaikan permasalahan yang dialami melaui dinamika kelompok, terfokus pada masalah pribadi.
h.    Layanan konsultasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang di berikan kepada seseorang untuk memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani atau membantu pihak lain.
i.      Layanan mediasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan konselor terhadap dua pihak yang sedang dalam keadaan tidak menemukan kecocokan sehingga membuat mereka saling bertentangan dan bermusuhan.
5.    Bimbingan
a.    Binbingan pribadi, yaitu bidang layanan pengembangan kemampuan mengatasai masalah-masalaah pribadi dan kepribadian, berkenaan dengan aspek-aspek intelektual, afektif dan motorik.
b.    Bimbingan soaial, yaitu bidang layanan pengembangan kemampuan dalam mengatasi masalah-masalah social, dalam kehidupan keluarga, disekolah, maupuin di masyarakat juga upaya dalam berinteraksi dengan masyarakat.
c.    Bimbingan karier, yaitu layanan yang merencanakan dan mempersiapkan masa depan karier peserta didik.
d.   Bimbingan belajar, yaitu layanan untuk mengoptimalkan perkembangan dan mengatasi masalah dalam proses pembelajaran.
e.    Bimbingan keberagamaan, yaitu layanan untuk memilih dan menganut kepercayaan sesuai dengan dirinya.
f.     Bimbingan keberkeluargaan, yaitu layanan yang berkenaan dengan masalah keluarga.
6.    Kegiatan pendukung
a.    Aplikasi instrumentasi, yaiitu kegiatan pendukung berupa  pengumpilan data dan keterangan tentang peserta didik dan lingkungan yang lebih luas yang dilakukan baik dengan tes maupun non tes.
b.    Himpunan data, yaitu kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik.
c.    Konferensi kasus, yaitu kegiatan bimbingan dan konseling untuk membahas permaslahan yang dialami oleh peserta didik dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat meberikan penyelesaian.
d.   Kunjungan rumah, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi pemecaha masalah yang dialami peserta didik melalui kunjungan rumahnya.
e.    Alih tangan kasus, yaitu kegiatan bimbingan dan konseling untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas terhadap masalah yang di alami peserta didik dengan memindahkan penanganan ke pihak yang lebih kompeten dan berwenang.
f.     Terapi kepustakaan. Yaitu kegiatan pemecahan masalah dengan buku. 
7.    Tempat kegiatan
a.    Bisa dilaksanakan baik didalam
b.    maupun di luar kelas.
8.    Volume Kegiatan
a.    Layanan orientasi (4-6%)
b.    Layanan informasi (10-12%)
c.    Layanan penempatan/penyaluran (5-8%)
d.   Layanan pembelajaran (12-15%)
e.    Layanan konseling perorangan (12-15%)
f.     Layanan bimbingan kelompok  (15-20%)
g.    Layanan konseling kelompok (12-15%)
h.    Aplikasi instrumentasi (4-8%)
i.      Himpunan data (4-8%)
j.      Konferensi kasus (5-8%)
k.    Kunjungan rumah (5-8%)
l.      Alih tangan kasus (0-2%)

B.  Program BK 17+


2.2  Program Bimbingan Komprehensif
A.  Konsep dasar bimbingan komprehensif
1.    Pengertian
Bimbingan komprehensif adalah pemberian bantuan kepada peserta didik melalui layanan dasar bimbingan, layanan responsive, layanan perencanaan individual dan dukungan system sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
2.    Tujuan
Secara umum tujuan dari pola bimbingan 17+ dan bimbingan komprehnsif adalah sama, yaitu membantu peserta didik mengenal bakat , minat , dan kemampuannya, serta memilih dan menyesuaikan diri dengan kesempatan, pendidikan, dan merencanakan karier yang sesuai dengan tuntutan kerja. Secara khusus bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan serta memberikan arah kerja atau sebagai acuan dan evaluasi kerja bagi guru BK/konselor. Akan tetapi bimbingan komprehensif juga bertujuan untuk meengembangkan pola 17+ yang ada sekarang.
3.    Fungsi
a.    Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang akan dapat menghasilkan pemahaman tentang diri siswa yang dapat digunakan dalam rangka pengembangan siswa.
b.    Fungsi pencegahan, yaitu fungsi bimbingan yang bermaksud agar siswa tidak mengalami sesuatu kesulitan.
c.    Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu sisiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
d.   Fungsi pemecahan, yaitu fungsi bimbingan yang membantu memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan data tentang latar belakang timbulnya masalah.
4.    Layanan dan strategi
a.    Layanan dasar bimbingan
Layanan dasar bimbingan adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu seluruh siswa mengembangkan perilaku efektif dan meningkatkan ketrampilan-ketrampilan hidupnya. Isi layanan dasar bimbingan sebagai berikut :
·  Keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME.
·  Kerja sama dalam kelompok dan .
·  Peranan soaial laki-laki dan poerempuan .
·  Penerimaan keadaan diri dan penggunanannya secara efektif.
·  Pengembangan sikap dan perilaku emosional yang mantap.
·  Persiapan diri kearah kemandirian ekonomi.
·  Pemilihan dan persiapan kerja.
·  Pengembangan sikap positif terhadap perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
·  Pengembangan ketrampilan intelektual dan pemahaman konsep-konsep yang. diperlukan untuk menjadi warga Negara yang baik.
·  Pengembangan sikap dan perilaku social yang bertanggung jawab.
·  Pemahaman nilai-nilai dan etika hidup bermasyarakat.
Strategi, teknik, dan manajemen
·  Bimbingan klasikal
·  Bimbingan kelompok
·  Kolaborasi konselor guru
·  Kolaborasi orang tua
·  Teknik lainnya
b.    Layanan Responsif
Layanan responsive adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh siswa pada saat ini. Layanan ini lebih preventif atau mungkin kuratif. Isi layanan responsive adalah :
·  Bidang pendidikan
·  Bidang belajar
·  Bidang social
·  Bidang pribadi
·  Bidang disiplin
·  Bidang narkotika
·  Bidang perilaku seksual
Strategi, teknuk, dan manajemen
·  Konsultasi
·  Konseling individu
·  Konseling krisis
·  Rujukan
·  Bimbingan teman sebaya
·  Teknik lainnya
c.    Layanan Perencanaan Individual
Layanan perencanaan individual adalah upaya bimbingan yang bertujuan membantu seluruh siswa membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karier, dan kehidupan social pribadinya. Isi dari layanan perencanaa individual adalah :
·  Bidang pendidikan
·  Bidang karier
·  Bidang social pribadi
Strategi, teknik, dan manajemen
·  Penilaian Individu/Kelompok
·  Bantuan Individu/Kelompok
·  Teknik lainnya
d.   Dukungan Sistem
Dukungan system adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, serta meningkatkan program bimbingan .
Srategi, teknik, dan manajemen
· Pengembangan  Profesi Konsultasi, Kolaborasi
· Sistem manajemen
· Kesepakatan
· Evaluasi akuntabiliti
5.    Bimbingan
a.    Binbingan pribadi, yaitu bidang layanan pengembangan kemampuan mengatasai masalah-masalaah pribadi dan kepribadian, berkenaan dengan aspek-aspek intelektual, afektif dan motorik.
b.    Bimbingan soaial, yaitu bidang layanan pengembangan kemampuan dalam mengatasi masalah-masalah social, dalam kehidupan keluarga, disekolah, maupuin di masyarakat juga upaya dalam berinteraksi dengan masyarakat.
c.    Bimbingan karier, yaitu layanan yang merencanakan dan mempersiapkan masa depan karier peserta didik.
d.   Bimbingan belajar, yaitu layanan untuk mengoptimalkan perkembangan dan mengatasi masalah dalam proses pembelajaran.
6.    Kegiatan pendukung
a.    Aplikasi instrumentasi, yaiitu kegiatan pendukung berupa  pengumpilan data dan keterangan tentang peserta didik dan lingkungan yang lebih luas yang dilakukan baik dengan tes maupun non tes.
b.    Himpunan data, yaitu kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik.
c.    Konferensi kasus, yaitu kegiatan bimbingan dan konseling untuk membahas permaslahan yang dialami oleh peserta didik dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat meberikan penyelesaian.
d.   Kunjungan rumah, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi pemecaha masalah yang dialami peserta didik melalui kunjungan rumahnya.
e.    Alih tangan kasus, yaitu kegiatan bimbingan dan konseling untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas terhadap masalah yang di alami peserta didik dengan memindahkan penanganan ke pihak yang lebih kompeten dan berwenang.
f.     Terapi kepustakaan. Yaitu kegiatan pemecahan masalah dengan buku.
7.    Tempat kegiatan
a.    Dapat dilaksanakan baik di dalam
b.    Maupun di luar kelas.
8.    Volume Kegiatan
a.    Layanan dasar (30-40%)
b.    Layanan responsive (15-25%)
c.    Layanan perencanaan individual (25-35%)
d.   Dukungan system (10-15%)

B.  Program bimbingan komprehensif
1.    Landasan penyusunan program bimbingan dan konseling komprehensif
Landasan atau dasar program merupakan suatu keputusan awal dan menentukan yang harus diambil oleh pemegang kebijakan pendidikan di sekolah bagi terwujudnya suatu program bimbingan dan konseling sekolah. Merancang keputusan dasar yang kuat memerlukan usaha kerjasama semua unsur dan personel sekolah, termasuk dengan orang tua dan masyarakat, sehingga program bimbingan dan konseling bisa diterima dan memberikan manfaat bagi semua siswa. Dengan demikian, selama tahap pengembangan program bimbingan dan konseling, para stakeholder hendaknya bermusyawarah untuk menentukan filosofi, misi dan fungsi dan isi keseluruhan program. Dasar pengembangan program yang lengkap merupakan hal yang sangat penting untuk memastikan bahwa program bimbingan dan konseling sekolah menjadi suatu bagian utuh dari seluruh program pendidikan untuk keberhasilan para siswa. Proses penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah dilakukan melalui delapan tahap aktivitas, yaitu :
· Mengkaji kebijakan dan produk hukum yang relevan;
· Menganalisis harapan dan kondisi sekolah;
· Menganalisis karakteristik dan kebutuhan siswa;
· Menganalisis program, pelaksanaan, hasil, dukungan serta faktor-faktor
penghambat program sebelumnya;
· Merumuskan tujuan program baik umum maupun khusus;
· Merumuskan alternatif komponen dan isi kegiatan;
· Menetapkan langkah-langkah kegiatan pelaksanaan program, dan
· Merumuskan rencana evaluasi pelaksanaan dan keberhasilan program.
a.    Mengkaji kebijakan dan produk hukum yang relevan
Mengkaji kebijakan dan produk hukum yang relevan baik tingkat institusi (sekolah) maupun nasional dimaksudkan agar pengembangan program bimbingan dan konseling sekolah tidak bertentangan dengan kebijakan umum yang berlaku dan ditentukan oleh pemerintahan pusat, daerah maupun sekolah sebagai tempat implementasi program. Karena itu,  sebelum memulai melakukan penyusunan program konselor perlu mengkaji terlebih dahulu produk-produk kebijakan  yang berlaku. Sebagai contoh dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan tidak mungkin suatu sekolah menggunakan standar kurikulum selain yang ditentukan dan diberlakukan secara nasional oleh Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS).

b.    Menganalisis harapan dan kondisi sekolah
Menganalisis harapan dan kondisi sekolah  merupakan langkah yang harus dilakukan konselor untuk mengetahui keadaan, kekuatan, kelemahan atau kekurangan sekolah. Sangat tepat jika dilakukan analisis dengan teknik SWOT (Strengt, Weakness, Oppornuty, Treath),  sehingga dapat diketahui secara tepat  kekuatan, kelemahan, peluang atau kesempatan, dan ancaman yang dihadapi sekolah. Dalam melakukan analisis ini, jika diperlukan sekolah dapat meminta bantuan tenaga ahli. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai sekolah ditetapkan berdasarkan atas kebijakan yang berlaku dan analisis kondisi sekolah.

c.    Menganalisis karakteristik dan kebutuhan siswa
Program bimbingan dan konseling merupakan rancangan aktivitas dan kegiatan yang akan memfasilitasi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Artinya, program bimbingan dan konseling di sekolah harus menyediakan sistem layanan yang bermanfaat bagi kemajuan akademik, karir dan perkembangan pribadi-sosial para siswa dalam menyiapkan dan menghadapi tantangan masa depan dalam kehidupan pribadi, masyarakat dan bangsanya di masa depan. Berdasarkan itu semua, maka semua pemegang kebijakan pendidikan di sekolah lebih memahami karakteristik dan kebutuhan siswa yang merupakan subjek layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Data atau informasi tentang karakteristik dan kebutuhan siswa merupakan komponen atau faktor-faktor yang berkaitan dengan penentuan tujuan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Data yang sudah terkumpul  perlu dianalisis secara cermat dan komprehensip (menyeluruh), untuk kemudian ditafsirkan dan diimplementasikan dalam beberapa alternatif rencana program bimbingan dan konseling di sekolah. Alternatif program tersebut harus dievaluasi dan dipilih mana yang memiliki peluang paling besar untuk mencapai tujuan, tetapi paling hemat dalam menggunakan tenaga, waktu, dan biayanya.

d.   Menganalisis program, pelaksanaan, hasil, dukungan serta faktor-faktor
penghambat program sebelumnya. Sebelum alternatif program bimbingan dan konseling yang dipilih dilaksanakan, konselor perlu menjabarkan secara rinci program itu sampai dengan tahap-tahap pelaksanaannya. Dalam setiap tahap pelaksanaan, paling tidak harus jelas mengenai: (1) sasaran yang ingin dicapai, (2) kegitan yang akan dilakukan, (3) siapa pelaksana dan penanggung jawabnya, (4) kapan waktu pelaksanaanya, dan (5) sarana atau pra sarana dan dana yang diperlukan.

e.    Sistem manajemen program bimbingan dan konseling
Apakah suatu sekolah dapat melaksanakan layanan bimbingan dan konseling tanpa membuat suatu program kegiatan bimbingan dan konseling? Misalnya, pada suatu sekolah hanya memiliki seorang konselor yang memiliki kompetensi dan kualifikasi professional sebagai konselor, sedangkan guru mata siswaan, wali kelas dan staf  sekolah lainnya dan tidak ikut melibatkan diri dalam kegiatan  layanan bimbingan dan konseling. Cara kerja dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling seperti ini  tidak menunjukan adanya suatu kelompok bimbingan dan konseling (team work) yang sinergis. Cara kerja dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling semacam ini bisa saja dilaksanakan tetapi tidak memiliki dampak yang positif dalam membantu perkembangan opkelompokal siswa. Tanpa perencanaan program, layanan bimbingan dan konseling tampaknya praktis dan simpel, tetapi mempunyai banyak kelemahan diantaranya : 1) program yang tidak didasari pemikiran secara  matang mengakibatkan program kurang dapat dipertanggung jawabkan, 2) tidak ada kontinyuitas  dalam pelayanan,   3) sukar untuk mengevaluasi kerja yang telah dilalukan. Apakah pelayanan itu betul-betul relevan dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada, akan lebih sukar dilakukan pengecekan. Dengan membuat rencana program bimbingan dan konseling, layanan kepada subjek sasaran akan lebih baik, kebutuhan dapat dilayani, di samping tenaga dan fasilitas lain dapat dimanfaatkan secara efisien. Program bimbingan dan konseling memuat unsur-unsur yang terdapat dalam berbagai ketentuan tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah seperti: (1) visi dan misi, (2) tujuan, (3) kegiatan, (4) strategi dan atau teknik, (5) pelaksana dan penanggung jawab, (6) waktu, (7) tempat, (8) biaya dan fasilitas lainnya, (9) rencana evaluasi. Murro & Kottman (1995) mengemukakan bahwa struktur program bimbingan komprehensif diklasifikasikan ke dalamempat jenis layanan yaitu (a) layanan dasar bimbingan, (b) layanan responsif, (c) layanan perencanaan individual, (d) dukungan sistem.

· Layanan Dasar Bimbingan
Layanan dasar bimbingan merupakan layanan bantuan bagi siswa melalui kegiatan-kegiatan kelas atau di luar kelas, yang disajikan secara sistematis, dalam rangka membantu siswa mengembangkan potensinya secara opkelompokal. Layanan ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya. Tujuan layanan ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya membantu siswa agar:
~ Memiliki kesadaran, pemagahaman diri tentang diri dan lingkungan
~ Mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang tepat
~ Mampu menangani atau mamanuhi kebutuhan dan masalahnya, serta mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.

· Layanan responsif
Komponen layanan responsif dalam program bimbingan dan  konseling sekolah, terdiri atas kegiatan-kegiatan untuk menemukan kebutuhan dan persoalan yang tengah dihadapi siswa. Penyelesaian kebutuhan atau persoalan ini memerlukan konseling, konsultasi, pengalihan, fasilitasi maupun informasi dari teman sebaya. Komponen ini disediakan bagi seluruh siswa dan seringkali siswa diberi inisiasi melalui self-referral. Bagaimanapun guru, orangtua/wali dan orang lain bisa juga membantu siswa. Walaupun konselor sekolah memiliki keterampilan dan pelatihan khusus dalam merespon kebutuhan dan persoalan semacam ini, kerjasama dan dukungan dari seluruh pihak sekolah dan seluruh staf tetap diperlukan bagi suksesnya implementasi program layanan responsif. Layanan responsif disampaikan melalui strategi-strategi seperti,
~ Konsultasi: konselor berkonsultasi dengan orangtua/wali, guru, tenaga pendidik lain atau dengan agen masyarakat mengenai strategi untuk membantu siswa dan keluarga. konselor tampil sebagai advokat bagi siswa. Konseling individual dan kelompok kecil: konseling diberikan dalam suatu kelompok kecil atau atas dasar individual bagi siswa dalam mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang berkenaan dengan hubungan, masalah pribadi atau tugas-tugas perkembangan pribadi mereka. konseling individual dan kelompok kecil membantu siswa dalam mengidentifikasi masalah, sebab-sebab, alternatif, dan konsekuensi yang mungkin terjadi, sehingga mereka dapat mengambil tindakan yang tepat. konsleing semacam ini pada dasarnya berjangka pendek. konselor sekolah tidak memberikan terapi. jika diperlukan, pengalihan dibuat terhadap sumber-sumber masyarakat yang tepat.
~ Konseling krisis : konseling krisis memberikan pencegahan, intervensi dan tindak lanjut. Konseling dan dukungan diberikan pada siswa dan keluarga dalam menghadapi situasi darurat. Konseling semacam ini biasanya jangka pendek dan bersifat sementara, saat dibutuhkan, pengalihan dapat dibuat terhadap sumber-sumber masyarakat yang tepat. Konselor sekolah dapat memegang peran sebagai pemimpin dalam proses intervensi krisis suatu kelompok dalam lembaganya.
~ Alih tangan (referal) : konselor menggunakan sumber acuan untuk menangani kasus krisis seperti keinginan bunuh diri, kekerasan, pelecehan, depresi dan kesulitan keluarga. sumber acuan ini bisa meliputi agen-agen kesehatan mental, tenaga kerja dan program pelatihan, layanan bagi remaja serta layanan sosial dan kemasyarakatan lainnya.
~ Fasilitasi oleh teman sebaya : banyak konselor melatih siswa sebagai perantara teman sebaya, manajer konflik, tutor maupun mentor. Teknik-teknik pemecahan masalah dan resolusi konflik digunakan untuk membantu siswa belajar bagaimana mereka bergaul dengan orang lain. Melalui perantara teman sebaya, siswa dilatih dalam suatu sistem agar berguna bagi teman terdekatnya yang sedang memiliki masalah dalam bergaul dengan orang lain.

· Perencanaan individual
~ Dalam perencanaan individual, konselor sekolah mengkoordinasikan kegiatan secara sistemik dan berkelanjutan serta dirancang untuk membantu siswa secara individual dalam menetapkan tujuan pribadi dan mengembangkan rencana mereka di masa depan. Konselor sekolah mengkoordinasikan kegiatan bantuan bagi seluruh rencana siswa, mengawasi dan menangani proses belajar siswa termasuk menemukan kompetensi dalam area akademis, karir dan perkembangan pribadi-sosialnya. Dalam komponen ini siswa mengevaluasi tujuan edukasional, okupasional dan tujuan personal mereka. Konselor sekolah membantu siswa membuat pilihan dari sekolah ke sekolah, sekolah ke pekerjaan maupun sekolah ke pendidikan tinggi atau karir setelah mereka lulus dari suatu sekolah. Aktivitas ini umumnya disampaikan atas suatu dasar individual atau dengan bekerja sama dengan individu lain dalam kelompok kecil maupun kelompok penasehat. Orangtua atau wali bersama personil sekolah lainnya seringkali terlibat dalam aktivitas semacam ini. Penyampaian sistematis tentang perencanaan individual bagi tiap siswa meliputi strategi yang terdokumentasi bagi keberhasilan siswa.  Perencanaan individual bagi siswa diimplementasikan melalui beberapa strategi sebagai berikut:
~ Penilaian indiuvidual/kelompok kecil: konselor sekolah mengadakan analisis dan evaluasi terhadap kemampuan, minat, keterampilan, dan prestasi siswa. uji informasi dan data lainnya sering digunakan sebagai dasar bagi pemberian bantuan pada siswa dalam mengambangkan rencana jangka pendek dan jangka panjang mereka.
~ Pemberian saran pada individual/kelompok kecil: konselor sekolah memberi saran pada siswa dengan menggunakan informasi pribadi/ sosial, karir dan pasar tenaga kerja dalam perencanaan tujuan pribadi, edukasional dan okupasional siswa. keterlibatan siswa, orangtua/wali dan pihak sekolah dalam merencanakan program siswa yang sesuai dengan kebutuhan mereka merupakan hal yang penting.

· Dukungan sistem
Dukungan sistem terdiri atas aktivitas manajemen yang membentuk, memelihara dan meningkatkan efektivitas serta efisiensi bimbingan dan konseling sekolah secara keseluruhan. Konselor sekolah menggunakan keterampilan kepemimpinan serta advokasi mereka untuk mempromosikan perubahan yang sistemik dengan cara berkontribusi dalam aspek-aspek seperti dibawah ini,
1)   Pengembangan profesional: konselor sekolah terlibat secara rutin dalam
memperbaharui dan membagi pengetahuan serta keterampilan profesional mereka melalui :
~ Pelatihan in-servis : konselor sekolah menghadiri pelatihan in-servis sekolah untuk menjamin keterampilan mereka akan diperbaharui di bidang pengembangan kurikulum, teknologi dan analisis data. Mereka juga diberikan pengajaran in-servis yang ada dalam kurikulum bimbingan dan konseling sekolah serta bidang-bidang lainnya yang berkaitan dengan sekolah dan masyarakat.
~ Keanggotaan asosiasi profesional : seiring dengan konsep dan orientasi bimbingan dan konseling sekolah yang terus berubah dan berkembang, konselor sekolah dapat meningkatkan  kompetensi mereka dengan cara mengikuti konferensi dan pertemuan-pertemuan  asosiasi profesional.
~ Pendidikan pasca kelulusan: sejalan dengan penyelesaian rangkaian pekerjaan di sekolah, konselor sekolah hendaknya menambah wawasan dan kemampuan dengan mengikuti pendidikan lanjutan yang berkontribusi terhadap kualitas profesinya.
2)   Konsultasi, kolaborasi dan pembentukan kelompok: melalui konsultasi,
pembentukan partner, kolaborasi dan pembentukan kelompok, konselor sekolah memberikan kontribusi penting bagi sistem sekolah.
o  Konsultasi: konselor hendaknya berkonsultasi dengan guru, staf sekolah dan orangtua/wali siswa secara rutin dengan tujuan untuk memperoleh informasi, memberi dukungan pada komunitas sekolah dan untuk menerima umpan balik atas kebutuhan siswa.
o  Pembentukan partner dengan staf, orangtua/wali serta masyarakat terkait: hal ini melibatkan orientasi staf, orangtua/wali, dunia bisnis dan industri, organisasi sosial serta anggota masyarakat dalam program konseling sekolah yang komprehensif melalui aktivitas seperti partnership, media lokal, surat kabar, dan presentasi.
o  Pengembangan jaringan: aktivitas yang termasuk dalam area ini dirancang untuk membantu konselor agar mendapat pengetahuan tentang sumber daya dalam masyarakat, agen referral, situs-situs, kesempatan kerja dan informasi tentang bursa kerja lokal. hal ini bisa juga mencakup kunjungan konselor ke lembaga bisnis-bisnis lokal, industri dan agen atas dasar kebiasaan.
o  Badan penasehat : konselor sekolah aktif dalam pelayanan di badan-badan penasehat, komite masyarakat dan sebagainya dengan cara mendukung program-program lain di dalam sekolah dan masyarakat,  maka konselor sekolah akan mendapatkan dukungan bagi program bimbingan dan konseling sekolah.
3)   Manajeman dan operasi program: aktivitas ini mencakup perencanaan dan
tugas-tugas manajemen yang dibutuhkan untuk mendukung aktivitas yang dilaksanakan dalam program bimbingan dan konseling sekolah mencakup juga tanggung jawab yang harus dipikul sebagai anggota staf sekolah.
o  Aktivitas manajeman: meliputi pembiayaan, fasilitasi, kebijakan dan prosedur, serta penelitian dan pengembangan sumber daya.
o  Analisis data: konselor menganalisis kaitan antara prestasi siswa dan program bimbingan dan konseling. Kegiatan ini berguna untuk mengevaluasi program bimbingan dan konseling, melakukan penelitian terhadap aktivitas yang dihasilkan serta menemukan jurang pemisah antara kelompok-kelompok siswa yang perlu diluruskan. Analisis data membantu pengembangan program bimbingan dan konseling sekolah beserta sumber-sumber di dalamnya.
o  Pembagian tanggung jawab secara adil: sebagai anggota dalam sistem pendidikan, konselor sekolah harus menampilkan pembagian tanggung jawab secara adil.
f.     Program Evaluasi
Evaluasi program bimbingan dan konseling bukan merupakan kegiatan akhir. Artinya, kegiatan evaluasi merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan atau lebih tepat bila dikatakan siklus sebab tidak berhenti sampai terkumpulnya data atau informasi, tetapi data atau informasi itu digunakan sebagai dasar kebijakan atau keputusan dalam pengembangan program bimbingan dan konseling selanjutnya. Karena itu kegiatan evaluasi program bimbingan dan konseling hendaknya memperhatikan prosedur dan langkah-langkah serta metoda atau strategi yang harus digunakan. Prosedur evaluasi, yaitu meliputi serangkaian kegiatan yang berurut sebagai berikut :

§ Identifikasi tujuan yang akan dicapai
Melakukan identifikasi terhadap tujuan yang ingin dicapai sangat  penting karena memberikan arah pekerjaan yang akan dilaksanakan. Artinya selama melakukan evaluasi tetap mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan. Langkah awal kegiatan evaluasi adalah menetapkan parameter atau batasan-batasan yang akan dievaluasi, dapat dipusatkan pada program bimbingan dan konseling secara keseluruhan atau pada tujuan khusus secara terpisah-pisah. Tujuan itu hendaknya jelas, singkat, operasional dan dapat diukur.

· Pengembangan rencana evaluasi
Pengembangan rencana evaluasi merupakan langkah lanjutan setelah menetapkan tujuan yang ingin dicapai. Komponen-komponen rencana evaluasi program bimbingan dan konseling yang perlu dikembangkan antara lain:
o  Data atau informasi yang dibutuhkan;
o  Alat pengumpulan data yang digunakan;
o  Sumber data atau informasi yang dapat dihubungi;
o  Personel pelaksanaan;
o  Waktu pelaksanaan;
o  Kriteria penilaian; dan
o  Bagaimana pelaporan dan pada siapa laporan itu disampaikan.

· Pelaksanaan Evaluasi
Setelah rencana itu disusun dan disetujui, pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling dan konseling dan konseling dan konseling dan konseling bergantung pada cara/metoda yang digunakan. Prinsip pelaksanaan evaluasi perlu memperhatikan faktor-faktor yang telah direncanakan sehingga terjadi berinteraksi antara faktor yang satu dengan lainnya dan dapat membantu pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

· Pelaporan dan Pemanfaatan Hasil Evaluasi
Pelaporan dan pemanfaatan hasil evaluasi dianggap sangat penting sebab langkah ini merupakan bentuk konkrit sikap akuntabilitas atas program dan hasil kegiatan yang telah dilakukan seorang konselor beserta staf yang lainnya. Hasil kegiatan evaluasi yang baik adalah yang dapat memberikan sumbangan pertimbangan dalam membuat kebijakan dan keputusan selanjutnya. Program bimbingan dan konseling  itu diganti, diubah atau dikembangkan semata-mata berdasarkan hasil evaluasi. 











BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Bimbingan komprehensif dan pola bimbingan 17+ merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada peserta didik agar dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dan juga memberikan bimbingan agar peserta didik dapat memilih kemana arah yang harus dipilihnya yang juga sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan juga kondisi fisik dan psikisnya. Bimbingan komprehensif merupakan pengembangan dari pola bimbingan dan konseling 17+, Di mana pola 17 + masuk kedalam bagian bimbingan komprehensif. Dengan adanya bimbingan komprehensif di harapkan dapat membuat dan memajukan bimbingan dan konseling ke arah yang lebih baik. Serta dapat membuat para konseli lebih kreatif dalam menjalankan tugasnya dan juga nyaman dalam melakukan kegiatan konseling.

3.2 Saran
a.    Sebaiknya  konselor di sekolah dapat memilih pola yang cocok untuk di
terapkan di sekolah tersebut.
b.    Untuk pihak sekolah sebaiknya dapat memisahkan antara konselor dan tim
Tatib agar tidak timbul anggapan bahwa Guru Bimbingan dan Konseling adalah polisi sekolah.